(Refleksi HUT RI ke-64)
Bangsa Indonesia sudah menjadi bangsa yang merdeka sejak tahun 1945 s.d saat ini sudah mencapai 64 tahun. Kita merdeka berarti bebas dari penjajahan bangsa-bangsa lain. Kita merdeka berarti menjadi bangsa yang berhak menentukan nasib sendiri dan membangun diri sendiri untuk kesejahteraan segenap rakyat Indonesia.
Kemerdekaan bukanlah akhir dari perjuangan, tetapi awal dari sebuah perjuangan, yaitu mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan, membangun masyarakat yang adil dan makmur, membina masyarakat yang berketuhanan, kemanusiaan yang adil dan beradab, bersatu, berdemokrasi dan berkeadilan social. Cita-cita ini memberikan harapan akan terwujudnya kehidupan yang lebih baik, lebih sejahtera, lebih banyak sandang, pangan dan papan, lebih bebas berekspresi dan berkreasi. Initnya merdeka berarti lepas dari bayang-bayang maut.
Setelah 64 tahun merdeka apa yang terjadi? Hati kita sedih. Cita-cita masyarakat yang adil dan sejahtera masih jauh dari kenyataan. Sampai saat ini jumlah orang miskin semakin bertambah dan cenderung hidup ini semakin sulit.
Jadi apa yang salah tentang negeri kita? Kemerdekaan tidak diisi dengan pembangunan yang benar, baik dan bertanggungjawab. Hasilnya? Kemiskinan, termasuk moral dan etika semakin merajalela, miskin cinta kasih, miskin solidaritas dan miskin keberadaban. Kenyataan konkrit; negeri ini sedang porakporanda, masih ada kelompok yang tegah meledakkan bom di beberapa, terjadi penembakan dimana oleh kelompok yang tidak dikenal di daerah-daerah tertentu yang tanpa alas an yang jelas. Dan tentunya kondisi seperti ini, cenderung mengancam stabilitas keamanan bangsa.
Kita adalah orang merdeka
Apa hubungannya dengan hidup kita sebagai orang Kristen? Gambaran keadaan negeri kita saat ini, bisa juga dikaitkan dengan gambaran diri kita sebagai orang Kristen. Paulus menyebut kita sebagai orang-orang percaya adalah orang-orang merdeka.
Kita merdeka dari apa? Kita dimerdekakan dari dosa(Rm 6:18), dari jalan dunia, penguasa kerajaan angkasa dan nafsu dan kehendak daging (ef 2:2-3), dari perhambaan dosa (Yoh 8:34,35). Untuk apa kita dimerdekakan? Untuk dikuduskan dan pengudusan yang pada akhirnya membawa kita kepada kehidupan yang kekal (Rm 6:22) dan menjadi hamba kebenaran (Rm 6:18). Pengudusan adalah proses penyucian orang-orang percaya, yaitu menanggalkan kehidupan yang lama dan berdosa, dan mengenakan dan memberlakukan hidup yang baru dan benar. Inilah sebuah proses yang akan berlangsung sepanjang hidup kita.
Kemerdekaan atau kematian
Tetapi apa yang sering terjadi? Hidup kita sebagai orang Kristen jauh dari gambaran orang merdeka. Mengapa? Karena sebagai orang merdeka, kita lebih suka berbuat dosa alias kembali ke “zaman penjajahan/perbudakan”. Paulus menyebutkan kita sering hidup menurut keinginan daging (Gal 5:19-21): percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukkan, pesta pora, dll.
Mengapa bisa demikian?karena sering kali kita memberi diri kita dipimpin, diperhamba dan dijajah kedagingan kita, bukan dipimpin Roh Kudus. Kemerdekaan yang diberikan Tuhan menjadi sia-sia.
Itu sebabnya untuk kehidupan seperti itu, paulus memberi peringatan yang keras sekali, “siapa yang melakukan hal-hal demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah”. Wah.
Kemerdekaan yang seharusnya
Bagaimana seharusnya kita hidup sebagai orang-orang merdeka? Kehidupan yang merdeka pertama-tama harus memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus. Kebalikan dari hidup dipimpin daging dan keduanya bertentangan. Paulus menunjukkan bagaimana seharusnya hidup dipimpin Roh (Gal 5:22-23), yaitu mengusahakan dan menghasilkan buah Roh: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.
Sesungguhnya hidup menghasilkan buah roh tersebut, adalah kemerdekaan hidup yang sudah diisi dan dibangun dengan karakter ilahi, yang membuat orang percaya siap menjadi sarana kesaksian dan berkat di tengah dunia ini. Mereka menjadi “anak-anak Allah yang tidak bercela dan bercahaya seperti bintang-bintang di dunia”(Fil 2:15). Untuk sampai ke sana, kita harus mewajibkan diri kita “taat kepada kebenaran”(1 Pet 1:22), sebab Tuhan Yesus berkata “Kebenaran itu yang memerdekakan kamu” (Yoh 8:22) dan “Firman adalah kebenaran” (Yoh 17:17)
Penutup
Kemerdekaan suatu bangsa jika tidak diisi dengan pembangunan yang benar, maka kemerdekaan itu tidak berarti apa-apa bagi rakyat. Kemerdekaan sebagai orang percaya, jika tidak dibangun dengan ketaatan kepada Firman Tuhan dan menghasilkan karakter ilahi, hanyalah kemerdekaan yang sia-sia. Apalagi sampai “kemerdekaan itu sebagai suatu kesempatan hidup dalam dosa” (Gal 5:13).
Semoga kita bisa mengumandangkan salam kemerdekaan…… “Merdeka…merdeka….merdeka…”
“Sekali merdeka tetap merdeka” suara tersebut harus terus dipekik…….di tahun yang akan datang.
“Sekali merdeka tetap merdeka dari dosa”. Amin
* Penulis Oleh: Lewi Sawor *
.
Ayat Emas hari ini :
Senin, 02 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar