Ayat Emas hari ini :

Sabtu, 07 November 2009

Penghakiman Terakhir

Matius 25 : 31 – 46

Penghakiman terakhir,….itulah perikop pembacaan Firman Tuhan saat ini yang sangat terkenal. Bahkan terkesan bahwa tidak ada perikop lain yang lebih indah dan keras dari pada ayat-ayat ini. Perikop ini diawali dengan sebutan “Anak Manusia” yang menunjukkan kerendahan Yesus sebagai manusia maupun ketinggian-Nya seperti digambarkan oleh Daniel 7:13.
Selanjutnya menggambarkan bagaimana akhir zaman Yesus akan dating sebagai Raja yang penuh dengan kemuliaan. Ia akan menghakimi semua orang dari segala bangsa dan generasi, dan semuanya akan dikelompokkan menjadi dua golongan besar, yaitu golongan domba dan kambing. Golongan domba ditempatkan disebelah kanan-Nya, ini berarti tempat yang terhormat dan diberkati.
Dan golongan kambing disebelah kiri-Nya, dan itu berarti terkena kutuk dan hukuman.
Hal yang sangat penting dan menarik perhatian dari perikop ini adalah dialog antara Yesus dengan kedua golongan ini. Dimana Yesus berkata bahwa golongan domba itu diberkati dan menerima kerajaan yang telah disediakan sejak dunia dijadikan. Selain mereka itu pewaris juga karena telah menolong Yesus dari kelaparan, kehausan, ketelanjangan,sakit, dipenjara, sebagai orang asing. Dan mereka sangat terperanjat sebab tidak pernah bertemu Yesus mengalami semua itu. Yesus mengatakan bahwa perbuatan mereka kepada semua orang hina dan menderita itu adalah perbuatankepada-Nya. Sebaliknya Yesus mengusir orang-orang dari golongan kambing, “Enyalah dari hadapan-Ku….”kata-Nya. Mengapa..? Karena mereka tidak menolong semua orang yang menderita. Itu berarti mereka telah menolak Yesus. Dan mereka semua telah protes terhadap dakwaan itu, karena tidak pernah menjumpai Yesus mengalami semuanya itu. Dan vonis Yesus tetap, mereka tidak dapat membela diri.

Apa arti Firman ini bagi kehidupan kita..!
Sadarkah kita…bahwa dalam kehidupan sehari-hari Yesus datang kepada semua orang secara tidak langsung..? Yaitu dengan perantaraan orang yang benar-benar memerlukan pertolongan, Misalnya : para korban pembangunan, bencana alam, peperangan, para jompo, drop out, yang diperlakukan tidak adil, antara lain; pembebasan tanah tanpa ganti rugi yang wajar, buruh dengan upah dibawah standar, yang miskin dan bodoh dll. Tanpa kita menyadari bahwa dibelakang mereka Yesus datang kepada semua dan atau setiap orang secara biasa-biasa saja, sehingga Ia tidak dikenal.
Itulah sebabnya kita diingatkan untuk mengerti dan memahami bahwa sikap dan perilaku kita terhadap sesame yang menderita, sama dengan sikap kita terhadap Yesus, yakni menolak atau menerima. Dan hal itu tidak bias netral, sebab pada akhirnya sikap kita itulah yang menjadi ukuran dalam hal Yesus menjatuhkan vonis tentang nasib kita di akhir zaman. Selain itu tidak ada ukuran lain. Sebab tidak akan ditanya bagaimana pengakuannya, ibadahnya, kristennya lama atau baru dll.
Karena itu, baik secara perorangan atau sebagai persekutuan orang-orang kudus harus memiliki kepekaan social dalam masyarakat, khususnya terhadap yang kecil dan menderita, dan layak mendapat pertolongan.
Dan secara luas gereja perlu memainkan perannya sebagai gereja yang bertumbuh dan berkembang menjadi gereja yang diakonal, yakni melayani masyarakat/umat dalam rangka karya pembebasan dalam kristus, agar ketika Ia dating sebagai Hakim dan Raja, kita termasuk dalam golongan domba yang menerima segala berkat dari Anak manusia itu.
Akhirnya selalu kita ingat bahwa dalam Kristus tetap berlaku panggilan supaya bertobat. Namun harus waspada karena kuasa dosa masih bekerja. Perubahan selalu bisa terjadi. Domba bisa saja menjadi kambing atau sebaliknya kambing menjadi domba. Karena itu jemaat Tuhan yang terkasih…. Jadikanlah dirimu pelaku dan pelayan kasih dalam ketaatan, kebenaran dan keadilan dalam sejarah keselamatan ini dengan setia sampai akhir….Amin..!

Selasa, 03 November 2009

Jangan Diperhambakan Lagi

Bahan Bacaan:Galatia 4:1-11

Manusia adalah ciptaan yang indah dan mulia, karena diciptakan menurut gambar dan citra Allah, kemuadian diberikan kepercayaan/tanggungjawab untuk mengolah dan menata bumi, sehingga bumi menjadi nyaman atau menjadi “Rumah” yang layak manusia huni, dan penuh kesejukan. Manusia juga dilengkapi dengan kemuliaan dan kehormatan. Hal ini nampak terlihat dimana mazmur 8 terheran-heran dan mengajukan pertanyaan: siapakah manusia sehingga diciptakan hampir sama seperti Allah, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat?
Namun ternyata gambar Allah itu telah menjadi rusak, akibat ulah manusia dan manusia akhirnya menjadi budak akibat dosa. Dan manusia diciptakan begitu terhormat, ternyata manusia adalah budak bagi dirinya sendiri. Oleh sebab itu kita (manusia) membutuhkan sesuatu di luar manusia, agar manusia dibebaskan dari perbudakan itu. Itulah yang tersirat dari teks ini. Olehnya ada ……hal yang menjadi penekanan sekaligus perhatian kita antara lain :

1.Secara moral, Paulus adalah budak atau hamba.
Artinya bahwa ketika ia berupaya sekuat tenaga untuk menganiaya orang-orang Kristen. Penganiayaan itu bukan perbuatan orang normal, atau manusia bermoral. Oleh sebab itu Paulus membutuhkan kekuatan diluar dirinya yang bisa membebaskan dia dari perhambaan itu.

2.Secara social Paulus adalah budak, Artinya bahwa keanggotaannya sebagai orang yahudi, suku benyamin, dengan semua kredit point yang dihasilkan oleh warisan itu ternyata mandul (tak menghasilkan apa-apa). Dan Ia hanya meninggalkan sepotong kebanggaan, harga diri dan aroganisme sesaat saja, yang sekaligus telah menjadi penjara bagi dirinya. Dan Warisan sebagai suku benyamin tidak bisa mengerjakan/menghasilkan apa-apa, oleh karena itu Kristus mengambil alih dan mengerjakannya semua menurut kehendak-Nya dalam diri Paulus.

3.Sacara spiritual, Paulus adalah budak, Artinya bahwa; agama lama/kepercayaan lama yang diyakininya sangat teliti dan detail dalam pemampilan, sehingga hukum-hukum Tuhan yang dipelajarinya, sudah jauh lebih penting dari Tuhan sendiri. Bunga-bunga tradisi, Hukum Taurat dan Yudaisme yang diimani dan dipegang eret-erat, ternyata tidak bisa menjawab pertanyaan –pertanyaan yang paling prinsip dalam kehidupan. Oleh sebab itu secara mental Paulus adalah budak.


Seperti Paulus, seluruh dimensi kehidupan kita terperangkap dalam penjara perhambaan : Moral, spiritual, mental, sosial dst. Sementara kita memahami diri sebagai yang terhormat, dan berusaha sekuat tenaga untuk menjadikan diri kita pusat segala-galanya. Begitu percaya diri untuk membangun dinasti, dengan mengandalkan semua yang kita miliki, mental, moral, warisan sosial, spiritualitas yang sebenarnya sudah sakit.
Hasil dari upaya dan kerja keras itu sudah dapat diprediksi, tidak dapat diandalkan dan diharapkan. Sebab dari benih-benih yang rusak tidak dapat diharapkan akan datang buah-buah yang baik dan segar.
Karya Kristus yang paling agung telah melepaskan kita dari perbudakan itu, sehingga kita bukan lagi hamba tetapi kita telah menjadi Anak. Akar atau benih-benih busuk sudah diperbaharui atau diperbaiki. Konsekuensinya ialah harus terjadi perubahan dalam kehidupan umat Tuhan, sebagai tindak lanjut atau hasil perubahan status sebagai hamba anak.
Sikap moral yang menganiaya, berubah menjadi memelihara dan merawat dengan penuh tanggungjawab. Warisan budaya atau social yang kita miliki, tidak lagi dilihat sebagai keistimewaan dan kebanggan yang membuat kita eksklusif, tetapi keistimewaan itu akan berguna buat orang lain.
Hukum – hukum Tuhan tidak lagi dilihat secara harafiah dan legalistis, tetapi dinikmati sebagai ungkapan terima kasih dan dilaksanakan dengan senang hati. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab selama ini, sekarang kita menemukan jawabannya di dalam Yesus. Kita semua telah masuk ke dalam satu era baru, era kemerdekaan yang inagurasinya sudah dimulai di dalam Kristus.
Oleh sebab itu sangat diharapkan kita tidak perlu kembali ke dalam perhambaan itu. Paulus mengatakan karena itu berdirilah teguh, jangan lagi mau di kenakan kuk perhambaan. Orang yang sudah menikmati kemerdekaan pasti akan menjauhi perhambaan. Hanya anak yang bodoh, setelah mendapat status anak, ia kembali lagi menjadi budak.
Kehadiran kita sebagai anak tentu akan terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Anak bukan sekedar status, tetapi lebih dari itu ia harus menjalankan fungsinya sebagai anak. Bebas adalah awal dari sebuah perjalanan yang panjang dan bukan pertama-tama menjadi tujuan. Banyak orang yang melihat kemerdekaan sebagai kebebasan semata. Kebebasan yang seperti ini akan membuat hidup menjadi kosong.Amin

Senin, 02 November 2009

Menjadi Orang Merdeka

(Refleksi HUT RI ke-64)
Bangsa Indonesia sudah menjadi bangsa yang merdeka sejak tahun 1945 s.d saat ini sudah mencapai 64 tahun. Kita merdeka berarti bebas dari penjajahan bangsa-bangsa lain. Kita merdeka berarti menjadi bangsa yang berhak menentukan nasib sendiri dan membangun diri sendiri untuk kesejahteraan segenap rakyat Indonesia.
Kemerdekaan bukanlah akhir dari perjuangan, tetapi awal dari sebuah perjuangan, yaitu mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan, membangun masyarakat yang adil dan makmur, membina masyarakat yang berketuhanan, kemanusiaan yang adil dan beradab, bersatu, berdemokrasi dan berkeadilan social. Cita-cita ini memberikan harapan akan terwujudnya kehidupan yang lebih baik, lebih sejahtera, lebih banyak sandang, pangan dan papan, lebih bebas berekspresi dan berkreasi. Initnya merdeka berarti lepas dari bayang-bayang maut.
Setelah 64 tahun merdeka apa yang terjadi? Hati kita sedih. Cita-cita masyarakat yang adil dan sejahtera masih jauh dari kenyataan. Sampai saat ini jumlah orang miskin semakin bertambah dan cenderung hidup ini semakin sulit.
Jadi apa yang salah tentang negeri kita? Kemerdekaan tidak diisi dengan pembangunan yang benar, baik dan bertanggungjawab. Hasilnya? Kemiskinan, termasuk moral dan etika semakin merajalela, miskin cinta kasih, miskin solidaritas dan miskin keberadaban. Kenyataan konkrit; negeri ini sedang porakporanda, masih ada kelompok yang tegah meledakkan bom di beberapa, terjadi penembakan dimana oleh kelompok yang tidak dikenal di daerah-daerah tertentu yang tanpa alas an yang jelas. Dan tentunya kondisi seperti ini, cenderung mengancam stabilitas keamanan bangsa.
Kita adalah orang merdeka
Apa hubungannya dengan hidup kita sebagai orang Kristen? Gambaran keadaan negeri kita saat ini, bisa juga dikaitkan dengan gambaran diri kita sebagai orang Kristen. Paulus menyebut kita sebagai orang-orang percaya adalah orang-orang merdeka.
Kita merdeka dari apa? Kita dimerdekakan dari dosa(Rm 6:18), dari jalan dunia, penguasa kerajaan angkasa dan nafsu dan kehendak daging (ef 2:2-3), dari perhambaan dosa (Yoh 8:34,35). Untuk apa kita dimerdekakan? Untuk dikuduskan dan pengudusan yang pada akhirnya membawa kita kepada kehidupan yang kekal (Rm 6:22) dan menjadi hamba kebenaran (Rm 6:18). Pengudusan adalah proses penyucian orang-orang percaya, yaitu menanggalkan kehidupan yang lama dan berdosa, dan mengenakan dan memberlakukan hidup yang baru dan benar. Inilah sebuah proses yang akan berlangsung sepanjang hidup kita.
Kemerdekaan atau kematian
Tetapi apa yang sering terjadi? Hidup kita sebagai orang Kristen jauh dari gambaran orang merdeka. Mengapa? Karena sebagai orang merdeka, kita lebih suka berbuat dosa alias kembali ke “zaman penjajahan/perbudakan”. Paulus menyebutkan kita sering hidup menurut keinginan daging (Gal 5:19-21): percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukkan, pesta pora, dll.
Mengapa bisa demikian?karena sering kali kita memberi diri kita dipimpin, diperhamba dan dijajah kedagingan kita, bukan dipimpin Roh Kudus. Kemerdekaan yang diberikan Tuhan menjadi sia-sia.
Itu sebabnya untuk kehidupan seperti itu, paulus memberi peringatan yang keras sekali, “siapa yang melakukan hal-hal demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah”. Wah.
Kemerdekaan yang seharusnya
Bagaimana seharusnya kita hidup sebagai orang-orang merdeka? Kehidupan yang merdeka pertama-tama harus memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus. Kebalikan dari hidup dipimpin daging dan keduanya bertentangan. Paulus menunjukkan bagaimana seharusnya hidup dipimpin Roh (Gal 5:22-23), yaitu mengusahakan dan menghasilkan buah Roh: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.
Sesungguhnya hidup menghasilkan buah roh tersebut, adalah kemerdekaan hidup yang sudah diisi dan dibangun dengan karakter ilahi, yang membuat orang percaya siap menjadi sarana kesaksian dan berkat di tengah dunia ini. Mereka menjadi “anak-anak Allah yang tidak bercela dan bercahaya seperti bintang-bintang di dunia”(Fil 2:15). Untuk sampai ke sana, kita harus mewajibkan diri kita “taat kepada kebenaran”(1 Pet 1:22), sebab Tuhan Yesus berkata “Kebenaran itu yang memerdekakan kamu” (Yoh 8:22) dan “Firman adalah kebenaran” (Yoh 17:17)
Penutup
Kemerdekaan suatu bangsa jika tidak diisi dengan pembangunan yang benar, maka kemerdekaan itu tidak berarti apa-apa bagi rakyat. Kemerdekaan sebagai orang percaya, jika tidak dibangun dengan ketaatan kepada Firman Tuhan dan menghasilkan karakter ilahi, hanyalah kemerdekaan yang sia-sia. Apalagi sampai “kemerdekaan itu sebagai suatu kesempatan hidup dalam dosa” (Gal 5:13).
Semoga kita bisa mengumandangkan salam kemerdekaan…… “Merdeka…merdeka….merdeka…”
“Sekali merdeka tetap merdeka” suara tersebut harus terus dipekik…….di tahun yang akan datang.
“Sekali merdeka tetap merdeka dari dosa”. Amin

* Penulis Oleh: Lewi Sawor *
.

Tuhan Dalam Anugerah-Mu, Baharuilah Gereja

Pembacaan : EFESUS,4:1-16

Hari ini 26 Oktober sudah menjadi suatu hari yang sangat penting bagi umat kristiani di Tanah Papua, terutama warga GKI, yang memelihara hari itu sebagai sesuatu tradisi atau hari ucapan syukur Tanah Papua (Thanks Giving Day), apalagi menjelang HUT ke-50 Tahun Yubelium GKI di Tanah Papua, suasana suka cita yang bergema dihati setiap umat-Nya yang hidup dan berkarya di Padang Belantara Papua, tempat / Tanah yang menyimpan banyak misteri, tempat yang secara harafia atau kiasan (metavor) mengandung banyak rasia.

Di HUT GKI ke -50 tahun ini, mengarahkan pandangan kita sejenak menyaksikan hasil pemberitaan Injil Rasul Paulus, yang terdapat dua kelompok etnis yaitu: Kristen asal Yahudi dan Non Yahudi. Latar belakang ini sesungguhnya menimbulkan perbedaan paham dimana yang satu menganggap bahwa ia lebih dari yang lainnya. Dan tentunya perbedaan ini bertentangan dengan visi dan misi pemberitaan injil.:mempersatukan mereka sebagai orang pilihan/milik Allah. Dan Rasul Paulus dengan tegas berjuang agar menyatuhkan dan mengarahkan jalan pikiran mereka agar memahami hakekat panggilan sebagai umat Tuhan, bukan atas dasar suku, ras, bangsa, bahasa, atau kepentingan tertentu tetapi karena anugerah dan kasih Allah yang diwujudkan dalam kristus.

Nampaknya ajaran tentang satu kepala atau satu tubuh belum dipahami dan dihayati dengan baik, sehingga Paulus menjelaskan secara praktis tentang “Persekutuan Umat Tuhan” yakni “Gereja sebagai Tubuh dan Kristus kepalanya,” sebagai sesama anggota haruslah ada ketergantungan dan saling memerlukan satu dengan lainnya. Paulus juga menjelaskan konsep persekutuan umat Allah dengan memberikan gambaran tentang panggilan gereja didunia ini. Dan hal itu perlu dimengerti agar mereka mengetahui ajaran tersebut, sehingga tidak diputar balikkan demi kepentingan kelompok, suku dan sebgainya. Sebab Allah itu universal kasih-Nya atau Ia menyeluruh mengasihi seluruh umat manusia dalam dunia milik-Nya. Ia juga menekankan tentang etika kehidupan sebagai orang Kristen yang dipanggil dari kegelapan masuk kedalam terang kasih kristus dalamkeselamatan bersama, sehingga hidup berpadanan dengan panggilan sebagai anak-anak Tuhan. Ia juga menjelaskan bahwa ketika mereka bersama dalam gereja, mereka adalah satu, dan kesatuan itu tidak berarti keseragaman yang kaku, dipaksakan atau semu,tetapi yang dinamis. Sebab Gereja adalah organisme yang memiliki daya hidup, karena terbentuk dari pribadi-pribadi yang hidup dan bertanggungjawab atas perkembangan watak dan kepribadiannya sesuai dengan pemakaian karunia-karunia yang telah diberikan oleh Yesus kepadanya. (ayat,7). Maksud karunia itu supaya gereja mencapai kedewasaan menuju kesempurnaan yang menunjukkan kepada Kristus yang adalah kepalanya. Dari ayat 16 dapat disimpulkan melengkapi Thema sentral HUT GKI ke-50 Tahun;..dalam anugerah-Mu baharuilah Gereja, agar kami membangun dan tumbuh bersama dalam kasih,ada maksud yang sungguh sangat bermakna bagi kita sebagai warga Gereja (GKI) yang merayakan HUT ke-50 di tahun ini, yakni di bawa anugerah Tuhan gereja-Nya dibaharui untuk terus membangun dan bertumbuh bersama dari berbagai aspek dalam arti umum (social-ekonomi,politik dan budaya), maupun dalam arti khusus (Gereja dan misinya bagi keselamatan umat manusia), adalah merupakan tanggungjawab bersama.

Untuk menyikapi tantangan zaman ini, maka pada usia ke-50 Tahun GKI di Tanah Papua, sudah selayaknya pekerjaan pelayanan gereja ini, adalah tanggungjawab besar yang menantang kita dimasa kini dan perkembangan gereja kedepan, untuk itulah kita diingatkan oleh Paulus bahwa tiap-tiap anggota harus bekerja seperti yang selayaknya. Seluruh tubuh akan bertumbuh menjadi dewasa dan kuat oleh kasih, itu membutuhkan pengorbanan, dan didalam pengorbanan membutuhkan kebersamaan kita.
Tak terhentinya Paulus yang dalam kesetiaannya ia selalu mengingatkan pula bahwa seluruh anggota tubuh tersusun rapid an saling dihubungkan oleh sendi-sendinya. Sebagaimana Tuhan Tuhan menempatkan tiap orang ditempatnya, namun harus ada keterlibatan demi hubungan yang dinamis dengan sesama anggota dan bekerja sesuai dengan aturan yang ada, agar tidak terjadi kekacauan dan kehancuran karena tumpang tindih hak dan wewenang.

Untuk membangun dan tumbuh bersama maka kubu-kubu pertahanan yang kita bangun, tembok-tembok suku, dan kelompok harus dihancurkan, sebab sebagai anggota tubuh Kristus kita satu dalam persekutuan dengan Tuhan, dengan selalu ingat bahwa masa depan GKI di Tanah Papua pada usia ke-50 tahun ini, sudah selayaknya kita menyatakan sikap bahwa kita adalah warga gereja yang berkualitas dan tinggi iman serta pengabdian, agar dengan bebas dan leluasa mengembangkan talenta yang berbeda, namun karena anugerah-Nya disatukan menjadi modal dan kekuatan besar untuk mewujudkan visi dan misi Gereja yaitu kemandirian dibidang Theologi,Daya dan Dana. Dalam HUT ke-50 ini pula, sebagai warga gereja kita perlu membuat tekad dan komitmen, bahwa mungkin saja bila selama ini kita membangun sendiri-sendiri berdasarkan kemauan kita, sehingga terdapat kepincangan, utuk itu marilah kita membangun dan bertumbuh bersama dalam kasih. Amin

Kekudusan dan Kasih Persaudaraan

I Petrus 1: 13-25


Berbicara tentang kasih berarti berbicara tentang Yesus! Timbul pertanyaan, Kenapa demikian? karena dalam sejarah hidup-Nya, Yesus banyak sekali berbicara tentang kasih bahkan dalam seluruh rentetan perjalanana hidupnya sebagai manusia Dia hanya menabur kasih dalam setiap pelayanan-Nya. Sebagai contoh pelayanan kasih yang dilakukan oleh Yesus dapat dilihat melalui mujizat-mujizat misalnya; orang buta melihat, orang yang tuli mendengar, orang yang lumpuh berjalan, yang kerasukan dipulihkan,dll. Dan setiap kali kita berbicara tentang kasih Yesus maka saat itulah kita harus membuktikan akan iman kita kepada Yesus yang kita imani. Dewasa ini banyak orang yang mengatakan ia adalah orang Kristen. tanpa disadari bahwa ketika seseorang mengatakan dan mengaku dirinya orang Kristen sudah tersirat pengakuan imannya kepada Yesus.

Kini yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah benarkah kita adalah orang Kristen? ….Sebab sesuai dengan pembacaan Firman Tuhan saat ini

Ayat 13 menceritakan tentang iman kita kepada kasih karunia Allah lewat

Penyataan Yesus Kristus

Ayat 14-16 berbicara bagaimana kita menjaga kekudusan hidup kita agar

Jangan sampai kita terbawa hawa nafsu.sebab yesus yang menjadi

teladan dalam hidup kita adalah kudus (kuduslah kamu sebab Aku ini kudus).

Ayat 17 menuntut ketaatan dan takut kepada Dia yang akan dating sebagai

hakim

Ayat 18-21 berbicara tentang anugrah Allah dalam Yesus Kristus yang

merelahkan diri-Nya sebagai korban penghapusan dosa yang sangat

mahal.dan ini adalah bukti dari kasih Allah kepada manusia,sehinga

iman dan pengharapan kita hanya tertuju kepada Allah

Ayat 22-25 berbicara tentang bagaimana sebagai manusia yang telah

Menyucikan diri mengamalkan kasih persaudaraan dengan tulus

Ikhlas. Sebab sebagai orang percaya kita telah dilahirkan kembali

melalui Firnannya.dan firman Allah adalah kekal.

Secara garis besar Firman Tuhan disaat ini hendak mengingatkan kita sekalian sebagai orang percaya yang mengaku diri kita sebagai para pengikut Kristus bahwa ketika kita mengaku kita adalah orang Kristen maka didalam pengakuan tersebut ada tanggungjawab yang besar yang harus kita pikul dan kita buktikan sebagai wujud nyata iman kita kepada Allah didalam kristus. Sebab apa buktinya kita mengatakan bahwa kita percaya kepada Allah kalau kita tidak mengasihi sebab Allah adalah kasi.dan kalau kita mengatakan bahwa kita percaya kepada Allah tetapi kita tidak mempraktekkan kasih didalam hidup kita dengan hidup kudus dihadapan Allah, maka iman kita akan mati. sebab Iman tanpa perbuatan pada hakekkatnya adalah mati (Yak 2 ;17b).Oleh sebab itu maka kita harus saling mengasihi satu dengan yang lain agar iman kita tidak memjadi mati. Dan ini membuktikan bahwa kita sungguh mengasihi Allah, dan hidup didalam kekudusan dan persaudaraan dengan sesama.

Memang jaman yang semakin moderen seperti ini sulit sekali kita mempraktekkan/mewujudnyatakan kasih. Konkritnya bahwa dewasi ini kasih mulai memudar dari dalam kehidupan orang percaya.sebab ketika kita mengatakan kita mengasihi Allah meupun sesama maka kita pasti akan selau menguduskan sabat.namun ironisnya bahwa sabat sudah tidak lagi di indahkan

Dewasa ini banyak sekali terjadi kasus pemerkosaan,pelecehan seks dan dekadensi moral, pencurian,KKN,penipuan, manupulasi,dll.ini merupakan wujudnyata kedegilan hati otang percaya menganngap kasih hanyalah sebuah slogan tanpa harus diwujudnyatakan .

Umat Tuhan yang berbahagia

Mari kita renungkan kembali Firman Tuhan disaat ini dan kita mempertahankan kekkudusan hidup kita sebagai orang-orang yang telah ditebus dengan mempraktekan kasih agar iman kita kepada Allah menjadi sempurna dan iman kita manjadi hidup agar ketika kita mengatakan kita mengasihi Allah saat itu kita menyatakan iman kita kepada Allah sebab iman kita adalah iman yang hidup yang dilandasi dengan kasih baik kepada Allah maupun sesame.Amin.

Minggu, 01 November 2009

WAKTU ITU PENTING !!

Karena itu :

Ambillah Waktu untuk Membaca, karena itulah Sumber Hikmat bagi jiwamu

Ambillah Waktu untuk Berpikir, karena itulah Sember Kekuatan bagi jiwamu

Ambillah Waktu untuk Merenung, karena itulah kesempatan untuk mencari dan berjumpa dengan Allah

Ambillah Waktu untuk Berdoa, karena itulah Kekuatan terbesar dalam hidupmu di permukaan bumi ini

Ambillah Waktu untuk Bersahabat, karena itulah Jalan kebahagiaan dalam hidupmu

Ambillah Waktu untuk Mengasihi dan Dikasihi, karena itulah anugerah Allah yang terbesar di dalam hidupmu di permukaan bumi ini

Ambillah Waktu untuk Tertawa, karena itulah Musik bagi Jiwamu.


Jika demikian sahabatku !! Dalam Doamu Kenalilah Jatih dirimu, maka engkau akan berkata dalam doa : Jika aku berseru dan berdoa kepada-Mu ya Tuhan Allahku, aku yakin bahwa Engkau mendengar seruanku.! Karena itu ya Tuhan....ajarilah aku untuk mengenal siapakah diriku sebenarnya..! Agar suatu ketika nanti, aku mengerti dan memahami semua rencana-Mu baik semasa mudaku, tetapi juga semasa hidupku didunia milik-Mu ini ya Tuhanku..
Doaku ya Tuhan Allahku, agar ketika aku berkata; siapakah diriku dan bertanya bagaimana nasib hidup dan masa depanku, akupun yakin dan percaya bahwa Engkau selalu hadir disisku.
Ya Tuhan, dalam kesumuanya ini aku berharap akan ”KUASA KEBANGKITANMU”.......Jika seandainya sekumtum bunga mawar yang kuncup hari ini dan besok akan mekar, dan jika malam yang gelap gulita dapat berubah menjadi terang dan ceria, masihkah kita ragu dan bimbang akan kuasa Tuhan dan Raja kita yang telah bangkit dan menang ??? Karena itu marilah kita biarkan iman kita bertumbuh mekar dan semakin terguh didalam Kristus melalui persekutuan kesaksian dan pelayanan kita sampai akhir nanti. Syalom !


Medio Sorong, 23 Agustus 1999
Lewi Sawor
Saat penantian masa Vicariat.